Minggu, 18 Oktober 2009

Seminar Sejarah Nasional Jejak Syari’ah di Benua Etam


Rita: Jejak ke-Islaman dirubahnya kerajaan menjadi kesultanan
Tenggarong, Poskota Kaltim
Ditengah maraknya peredaran buku-buku mengenai politik, pembentukan kepribadian dan novel-novel religius, ternyata terselip sebuah ide brilian untuk mengurai kembali sejarah syiar agama Islam di tanah kita melalui buku dan seminar.
Sehati Centre bekerjasama dengan Kesultanan Kutai Ing Martadipura menggelar Seminar Sejarah Nasional “Jejak Syari’ah di Benua Etam (Kalimantan Timur)” yang bertemakan Refleki Sejarah Kaltim Menyongsong Terwujudnya Generasi Cerdas dan Bertagwa. Acara yang dipandu Abu Zaki tersebut dihadiri Ketua DPRD Kutai Kartanegara Rita Widyasari,S.Sos,MM serta Sekretaris Kabupaten Haryanto Bachroel sekaligus secara resmi membuka acara seminar tersebut.
Haryanto Bachroel mengaku merasa bangga dan mengucapkan selamat kepada panitia atas diselenggarakan acara seminar ini. 
Pada kesempatan itu pula Haryanto Bachroel yang juga mewakili kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura menyampaikan harapan dan dukungan kepada Ketua DPRD Kukar dalam rangka memfungsikan Kedaton sebagai salah satu tempat tujuan wisata.
“Kami telah bekerjasama dengan Dinas Pariwisata guna memamerkan 32 paket pakaian adat, foto-foto sejarah pemerintahan maupun agama Islam serta setiap hari minggu akan digelar seni tari yang bertujuan menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang ke Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara. Untuk itu perlu dukungan dari pemerintah,”kata Haryanto Bachroel dihadapan peserta seminar.
Rita Widyasari dalam sambutannnya mengatakan kegiatan ini merupakan sebuah pemikiran yang sangat cemerlang dan patut mendapat pujian. Apa yang telah dilakukan ini sesungguhnya juga merupakan sebuah bagian dari pencatatan sejarah tersendiri dalam perjalanan dan pergulatan sosial kemasyarakatan didaerah ini. Serta turut tercatat dalam penciptaan sejarah perkembangan intelektualitas keagaman Kalimantan Timur.
“Bagi Kaltim sendiri, jejak-jejak ke-Islaman tidak bisa dipandang remeh sekali. Islam telah pula memberikan pengaruh besar yang bisa dilihat dari beberapa catatan dan bangunan monumental, berdirinya Masjid Jami Hasanuddin di Tenggarong ini misalnya, tentu tidak terlepas dari jejak perjalanan syiar agama Islam di Kukar. Masjid itulah yang dulunya menjadi sentral kegiatan pembelajaran keagamaan di lingkungan keraton dan masyarakat umum. Hingga saat ini keberadan masjid dan sebagian besar aristektur lamanya tetap dipertahankan,”ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan demikian pula halnya dengan perubahan istilah kerajaan menjadi kesultanan didaerah ini. Hal lainnya juga adalah fungsi penting sungai Mahakam sebagai media transportasi syiar agama. Serta berharap kegiatan ini nantinya mampu memberikan banyak informasi penting bagi pemerintah daerah, termasuk pula bagi masyarakat umum serta kalangan generasi muda hingga terbentuk kesadaran yang kokoh dan kuat terhadap pemahaman kesejarahan daerah. 
Ia juga menyampaikan rasa hormat kepada kalangan organiasi keagamaan serta tokoh-tokoh agama di Kukar yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan pembinaan mental spiritual ditengah-tengah masyarakat baik itu melalui dakwah formal, gerakan sosial maupun penerbitan berbagai buku dan tulisan. Hal ini saya kira cukup penting di apresiasikan mengingat gencarnya pengaruh negatif yang muncul dalam berbagai ruang dan media kemasyarakatan, fenomena ini berpotensi memberi efek kurang baik bagi tata kehidupan masyarakat kita yang selama ini dikenal cukup agamis
Disamping itu, Seminar Sejarah Nasional ini dengan agenda utama Bedah Buku “Jejak Syari’ah di Benua Etam (Kaltim) “ ini menghadirkan pembicara utama H Adji Pangeran Ario Projo SH, Dr H Adji Pangeran M. Gondo Prawiro,MM, Hamdani Abu Ridho Ibnu Thaha selaku penyusun buku.kip


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.